Jumat, 29 Juni 2012

Pengabdian Masyarakat HIMA PLS UNY

Berikut ini saya akan mengutip salah satu artikel tentang pengabdian. Judul artikel tersebut adalah  Program Pengabdian Masyarakat HIMA PLS UNY. Didalam artikel tersebut berisikan sebagai berikut:
"Satu lagi gebrakan dari HIMA PLS FIP UNY, yang sebelumnya menggebrak panggung universitas dengan menjadi peraih HIMA RESPONSIF serta HIMA TERAKTIF versi GEBYAR AP 2011, kini HIMA PLS terjun langsung menjamah masyarakat Gunung kidul tepatnya di dusun bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul (16-17/07). Kegiatan yang diadakan selama dua hari ini cukup menyedot perhatian masyarakat di sekitar dusun bejiharjo terlihat dari animo bapak ibu yang mengikuti pengajian untuk bapak-ibu di dusun bejiharjo
Sa pada sabtu malam. Acara berlangsung penuh kehangatan dan suasana kekeluargaan yang mengharu biru dalam pelaksanaan pengajian tersebut. Tanggapan positif masyarakat semakin menyemangati squads HIMA PLS dalam melaksanakan kegiatan esok pagi yakni lomba mewarnai, baca puisi, dan pentas seni yang memberikan kategori mulai usia PAUD hingga SMP. Suasana meriah dan cukup menguras keringat panitia kegiatan yang terdiri dari anggota HIMA PLS yang dibantu oleh organisasi kepemudaan karang taruna karangmojo.
Pagi itu masyarakat berserakan memenuhi lapangan atau tepatnya di Gedongan (Sumber mata air) desa karangmojo. “Acara ini bagus sekali untuk mengembangkan potensi anak, selain itu sebagai sarana hiburan masyarakat sekitar yang sekiranya mendambakan kegiatan positif untuk anak-anak  ujar bu Suhartini selaku warga dusun Karangmojo. Anak-anak pun sangat bersemangat mengikuti lomba ini, banyak diantara mereka yang datang sebelum panitia selesai menyiapkan segala hal. Lomba ini diikuti oleh kurang lebih 176 anak dengan klasifikasi 76 peserta lomba mewarnai kateogori PAUD-3 SD,78 peserta lomba mewarnai kategori 4 SD-3SMP, 14 peserta lomba baca puisi, dan 8 grup lomba pentas seni. Suasana khas anak-anak dengan keakraban dan keceriaan berhasil di bangun di pesta anak tersebut. Tidak hanya itu, acara ini juga sebagai acara mendulang rezeki bagi warga yang menjual jajanan pasar. “Rame mbak, seneng saya. Alhamdulillah, semuanya habis  ungkap Sugira, penjual es cendol.
Bagi panitia pelaksana pun ini menjadi langkah berani dalam mengaplikasikan apa yang didapat di bangku perkuliahan. Banyak hal yang akan berbeda ketika harus bersentuhan langsung dengan masyarakat dan sebagai calon pendidik dari pendidikan luar sekolah,kegiatan ini menjadi pengalaman berharga sepanjang perjalanan sebagai mahasiswa jurusan pendidikan luar sekolah yang tiada henti menebar semangat pendidikan luar sekolah dimana pun berpijak."

Berdasarkan artikel tersebut, menurut saya program pengabdian yang dilakukan oleh himpunan mahasiswa UNY tersebut sangat baik dan bermanfaat untuk dilaksanakan karena program tersebut sangat membantu mengefisiensikan pendidikan di Indonesia khususnya didaerah sekitar Dusun Bejiharjo, baik pendidikan formal maupun non formal terhadap anak-anak usia dini sampai kalangan orangtua. Program ini sangat disambut warga dengan sangat antusias yang tinggi.
Jadi, kesimpulan yang dapat saya buat adalah program pengabdian seperti itu sangatlah berguna untuk diadakan. Bagi semua warga indonesia baik dari kalangan pelajar maupun pengajar juga patut mencontoh kegiatan positif tersebut untuk meningkatkan mutu pendidikan formal maupun non formal untuk rakyat  Indonesia agar mutu pendidikan di Indonesia semakin baik.

Sumber: http://www.imadiklus.com/2012/01/program-pengabdian-masyarakat-hima-pls-uny.html

Jumat, 22 Juni 2012

Fobia

I. Definisi Fobia

Fobia adalah rasa ketakutan yang tidak terkendali dan tidak normal kepada sesuatu hal atau kejadian tanpa diketahui sebab-sebabnya. Ada perbedaan bahasa antara pengamat fobia dengan seorang pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan bahasa logika sementara seorang pengidap fobia biasanya menggunakan bahasa rasa. Bagi pengamat dirasa lucu jika seseorang berbadan besar, takut dengan hewan kecil seperti kecoa atau tikus. Sementara di bayangan mental seorang pengidap fobia subjek tersebut menjadi benda yang sangat besar, berwarna, sangat menjijikkan ataupun menakutkan. Bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek Fobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan dimana mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya. Penyebab lain terjadinya fiksasi dapat pula disebabkan oleh suatu keadaan yang sangat ekstrem seperti trauma bom, terjebak lift dan sebagainya.



 
II. Beberapa Istilah Sehubungan dengan Fobia :
  • afrophobia — ketakutan akan orang Afrika atau budaya Afrika.
  • agoraphobia - takut pada lapangan
  • antlophobia — takut akan banjir.
  • bibliophobia - takut pada buku.
  • caucasophobia — ketakutan akan orang dari ras kaukasus.
  • cenophobia — takut akan ruangan yang kosong.
  • claustrophobia - takut akan naik lift.
  • dendrophobia - takut pada pohon.
  • ecclesiophobia - takut pada gereja.
  • felinophobia - takut akan kucing.
  • genuphobia - takut akan lutut.
  • hydrophobia — ketakutan akan air.
  • hyperphobia - takut akan ketinggian.
  • iatrophobia - takut akan dokter.
  • japanophobia - ketakutan akan orang jepang.
  • lygopobia - ketakutan akan kegelapan.
  • necrophobia - takut akan kematian.
  • panophobia - takut akan segalanya.
  • photophobia — ketakutan akan cahaya.
  • ranidaphobia - takut pada katak.
  • schlionophobia - takut pada sekolah.
  • uranophobia - ketakutan akan surga.
  • xanthophobia - ketakutan pada warna kuning.
  • arachnophobia - ketakutan pada laba-laba.
  • lachanophobia - ketakutan pada sayur-sayuran. 

II. Contoh Kasus tentang Fobia

Untuk contoh kasus tentang fobia, dibawah ini saya mengutip artikel milik Kompasiana Sharing Connecting/Miss Rochma tentang contoh kasus fobia sekolah dan penanganannya:

"Dua minggu yang lalu, saya berkonsentrasi untuk menangani siswa yang tidak mau berangkat ke sekolah dikarenakan memiliki masalah di sekolah yang belum terselesaikan. Namanya Aman (saya pernah membahasnya dalam artikel saya yang berjudul Aku Hanya Diam Ketika Kalian Memanggilku Autis). Pada artikel tersebut, saya menceritakan bahwa Aman memiliki masalah ketidakmampuan menjalin hubunga sosial yang baik dengan teman sebayanya dikarenakan terlalu banyak bermain game online. Semakin berjalannya waktu dan ketidakmampuan Aman untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, masalah Aman ini menjadi meluas. Tidak hanya dengan teman-teman sebayanya tetapi juga dengan guru-guru pengajar.
Yang menjadi perhatian saya adalah ketika Aman berbicara dengan orang lain. Tidak terfokus dengan lawan bicara, hanya tersenyum-senyum sambil menggerakkan kepalanya dengan hitungan patah-patah seperti boneka kayu yang kaku dan pandangan kosong lurus ke depan. Hitungan fokus untuk menatap lawan bicara hanya kurang dari 6 detik dan fokus pada topik pembicaraan hanya kurang dari 9 detik. Pola seperti ini, terulang terus menerus ketika Aman dihadapkan pada situasi yang mengharuskan dia untuk berkomunikasi dengan dua orang atau lebih.
Pola yang terulang terus-menerus setiap kali berbicara dengan Aman,membuat teman-teman sekelasnya menjauhi Aman. Bahkan ada seorang guru yang membentak Aman dengan menggunakan kata “gendheng dan autis.”
Masalah baru muncul. Aman tidak hadir di sekolah sampai hampir 1 minggu. Menurut pengakuan ibunya, setiap disuruh berangkat ke sekolah, badan Aman mendadak panas dan kakinya dingin yang disertai dengan diare. Empat surat izin tidak masuk karena sakit dari orang tua Aman, terdapat diatas meja kerja saya. Tiga kali diperiksakan ke dokter oleh orang tuanya, tidak diketahui adanya penyakit berbahaya. Menurut analisa dokter, sakitnya Aman dikarenakan Aman mengalami stres berat dan ketakutan akan sesuatu. Kepada ibunya, Aman bercerita kalau dia takut berhadapan dengan guru yang mengatakan dia gendheng dan autis. Sehingga membuat dia takut berangkat ke sekolah. Gejala yang dialami oleh Aman, menunjukkan bahwa Aman terserang Phobia Sekolah."

Berdasarkan artikel diatas, fobia sekolah bisa muncul pada diri seseorang akibat beberapa hal, salah satunya adalah seperti yang telah dijelaskan diatas. Maka, harus ada upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dari pihak orang tua antara lain sebagai berikut:
1. selalu memperhatikan anak-anaknya, apabila ada masalah disekolahnya yang akan membuat anak-anaknya fobia bersekolah maka bisa ditangani dan diatasi dengan cepat.
2. apabila timbul gejala-gejala pada anak-anaknya maka sebagai orang tua harus menanyakan hal tersebut sampai sang anak mau menceritakan sebab-sebabnya kenapa bisa mengalami seperti itu.
3. orang tua bisa bersikap lebih terbuka pada anak-anaknya, mau mendengarkan keluh kesah anak-anaknya karena kehidupan pada zaman dahulu dengan zaman sekarang sangatlah berbeda.
4. membantu anak-anaknya untuk menangani dan menyelesaikan masalahnya sendiri dengan cara memberikan nasihat dan memberikan arahan agar sang anak tidak lepas dari rasa tanggung jawab dalam menghadapi setiap masalah.
5. berkonsultasi dengan psikolog dan sebagainya yang berhubungan dengan fobia apabila memang masalah fobia pada anaknya sangat sulit untuk ditangani hanya dari orang tua saja.

Selain dari pihak orang tua, dari pihak pengajar atau guru juga harus melakukan upaya untuk mengatasi fobia disekolah, antara lain sebagai berikut:
1. memperhatikan kehadiran murid-muridnya di sekolah. Apabila ada siswa yang jarang masuk atau terbiasa tidak masuk pada hari-hari tertentu maka sebaiknya segera mencari tahu apa penyebabnya.
2. apabila siswa ada yang mengalami fobia sekolah maka tugas guru membantu siswa menyelesaikan masalah yang menjadi penyebab munculnya fobia sekolah.
3. bekerja sama dengan guru bidang studi dan wali kelas terkait dengan fobia sekolah yang dialami siswa.
4. bekerja sama dengan orang tua untuk mencari tau penyebab munculnya fobia sekolah pada siswa dan bekerja sama dalam menyelesaikannya.
5. merujuk siswa ke psikolog apabila dirasa masalah fobia sekolah pada siswa tersebut sudah tidak dapat ditangani oleh pihak sekolah.


Sumber: 
1. Ilmu Budaya Dasar/Widyo Nugroho-Achmad Muchji
2. Wikipedia Bahasa Indonesia-ensiklopedia bebas
3. http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/15/contoh-kasus-phobia-sekolah-dan-penanganannya/