Sabtu, 21 April 2012

Manusia dan Keadilan

Berikut ini adalah contoh artikel tentang penegakkan hukum di Indonesia.

                   Kriminalisasi Rakyat Kecil

Berbagai kasus kejahatan ringan yang dilakukan warga biasa belakangan marak dibawa ke pengadilan, misalnya pencurian sandal polisi oleh seorang anak di Palu, pencurian bunga di Kupang, dan pencurian merica di Sinjai Selatan. Dalam kasus pencurian sandal di Palu, Sulawesi Tengah, hakim menyatakan AAL, anak berusia 15 tahun, bersalah mencuri sandal milik seorang anggota polisi tetapi hakim tidak menjatuhkan hukuman. Di Kupang, Nusa Tenggara Timur, seorang anak dibawa ke pengadilan oleh ibu angkatnya dengan tuduhan mencuri bunga. Anak itu mengaku mencuri bunga dan menjualnya ke tetangga karena dia membutuhkan ongkos sekolah. Sementara di Sinjai Selatan, Sulawesi Selatan, seorang kakek disidang dengan tuduhan mencuri 0,5 ons merica tetapi proses penangkapan sang kakek dipersoalankan karena hanya berdasarkan laporan pihak ketiga. Bagaimana komentar Anda tentang rentetan kasus pencurian ringan yang sampai dibawa ke pengadilan? Apakah kasus-kasus tersebut mencerminkan rasa keadilan berdasarkan azas penegakan hukum tanda pandang bulu atau mungkin proses hukum dalam kasus-kasus itu tidak proporsional? Bagaimana cara terbaik menangani kasus-kasus kejahatan ringan sementara banyak pula kejahatan berat di Indonesia?

Menurut pendapat saya, berdasarkan artikel diatas berarti sudah sangat tercerminkan betapa tidak adilnya hukum di Indonesia. Hal-hal sepele yang seharusnya bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan tetapi malah jadi rumit dan mendapat hukuman yang berat. Sedangkan untuk kasus yang penting seperti korupsi, pasti hukuman yang diberikan sangatlah ringan dan tidak sebanding dengan perbuatan yang telah dilakukannya. jadi menurut saya keadilan hukum Di Indonesia sangatlah minim dan harus dilakukan perubahan agar terciptanya sebuah keadilan.

Sumber: http://www.bbc.co.uk/indonesia/forum/2012/01/120112_forum.shtml

Manusia dan Penderitaan

A. Pengertian Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Penderitaan dapat lahir atau batin atau lahir batin. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.

B. Pengertian Kekalutan Mental
Penderita kekalutan mental dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental, secara lebih sederhana kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidak mampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang wajar.

C. Sebab-sebab Kekalutan Mental
Kekalutan mental dapat disebabkan karena berbagai sebab, antara lain :
a. Kepribadian yang lemah, akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna, hal-hal tersebut sering menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri yang secara berangsur-angsur akan menyudutkan kedudukannya dan manghancurkan mentalnya.
b. Terjadinya konflik sosial budaya, akibat norma berbeda antara yang bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi, misalnya; orang pedesaan yang berat menyesuiakan diri dengan kehidupan kota, orang tua yang telah mapan sulit menerima keadaan baru yang jauh berbeda dari masa jayanya dulu.
c. Cara pematangan batin, yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial; over acting sebagai overcompensatie.

D. Ruang Lingkup yang Rawan Mengalami Kekalutan Mental
Kekalutan mental sangat rawan terjadi di ruang lingkup antara lain sebagai berikut:
1. Kota-kota besar yang banyak memberi tantangan-tantangan hidup yang berat sehingga oarang merasa dikejar-kejar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,
Ilmu Budaya Dasar Halaman 8 dari 14
sebagaian orang tidak mau tahu terhadap penderitaan orang lain, akibat egoisme sebagai ciri masyarakat kota.
2. Anak-anak muda usia yang tidak berhasil dalam mencapai apa yang dikehendaki atau diidam-idamkan, karena tidak berimbangnya kemampuan dengan tujuannya, sehingga pada orang-orang usia tuapun sering mengalami penderitaan dalam kenyataan hidupnya akibat norma lama yang dipegang teguh sudah tidak sesuai dengan norma baru yang berlaku.
3. Wanita pada umumnya lebih mudah merasakan suatu masalah yang dibawanya kedalam hati atau perasaannya, tetapi sulit mengelurkan perasaannya tersebut, sementara itu mereka memiliki kondisi tubuh yang lebih lemah, sehingga kaum wanitalah yang banyak menjadi penderita penderita psikosomatisme (penyakit akibat gangguan kejiwaan) dari pada kaum pria.
4. Orang yang tidak beragama tidak memiliki keyakinan, bahwa diatas dirinya ada kekuasaan yang lebih tinggi, sehingga sifat pasrah umumnya tidak dikenalnya, dalam keadaan yang sulit orang yang demikian ini mudah sekali mengalami penderitaan
5. Orang yang terlalu mengejar materi seperti pedagang dan pengusaha memiliki sifat dalam memperoleh tujuan kegiatannya, yaitu mencari keuntungan sebanyak mungkin, mereka adalah kaum materialis dan mengabaikan masalah spritual yang justru membuat seseorang pasrah pada saat-saat tertentu.

E. Upaya Untuk Menghindari Diri dari Kekalutan Mental
1. selalu mengkaitkan hati kepada Tuhan, menyembah-Nya, taat dan berserah diri kepada Tuhan, dan berteguh hati dalam beribadah kepada-Nya. Harus kita yakini bahwa manusia dan juga bumi serta isinya  adalah milik Tuhan, kita hanyalah “ menumpang “, diberi kepercayaan serta falisitas oleh Tuhan.
2. menutup berkas-berkas masa lalu dengan semua kegetirannya, linangan air matanya, kesedihannya, kecemasannya, kegalauan hatinya, keresahan hatinya, kepahitannya, dan memulai sebuah kehidupan baru dengan hari yang baru pula.
3. membiarkan masa depan yang masih gaib dengan melarutkan diri di dalamnya dan menjauhkan diri dari segala bentuk ramalan, prakiraan dan ketidak jelasannya. Tapi hidup dalam lingkup hari ini saja. Serta menjauhi semua bentuk angan-angan yang terlalu jauh , sebab angan-angan yang terlalu jauh akan membuat manusia terlena.
 
 
Sumber:  1. Manusia dan Penderitaan.pdf
               2. file:///D:/mencegah-dan-mengobati-gangguan-mental%20IBD.html

Jumat, 06 April 2012

seni Lukis dan Renungan

A. Seni Lukis

         Hidup ini diwarnai dengan karya-karya seni. Tanpa karya seni, pasti hidup ini akan terasa tidak berwarna. Terdapat beberapa karya seni didunia ini, antara lain: seni rupa, seni lukis, seni musik, dan sebagainya. Berikut ini akan dibahas tentang seni lukis.
         Seni lukis merupakan ekspresi manusia tentang keindahan yang dituangkan dengan sarana tertentu pada kanvas atau kain lainnya. Sarana tersebut bisa bermacam-macam, seperti cat air, cat minyak, bulu, pasir, dan pastel. Meskipun sarana dan kain yang digunakan beragam, tetapi aliran seni lukis pada dasarnya antara lain terdiri dari:

1. Naif Primitifisme
Naif primitifisme adalah aliran seni lukis yang memiliki sifat naif atau kekanak-kanakan dan masih primitif atau sederhana, bahkan sangat sederhana.
Contohnya: Lukisan Naif Primitifisme dapat ditemukan di sejumlah gua-gua kuno bekas tempat tinggal manusia zaman mesolitikum, seperti gua di Leang-leang, Sulawesi Selatan. Biasanya yang digambar adalah binatang dan manusia.

2. Naturalisme
Naturalisme adalah aliran yang mengutamakan keindahan sesuai dengan apa yang terdapat di alam. Aliran ini dapat dikatakan sebagai perkembangan dari aliran naif primitifisme. Di Indonesia, aliran ini dipelopori oleh R. Saleh Syarif Boestaman yang memeroleh pendidikan di Eropa. Ia menghasilkan karya-karya seperti Berburu Singa, Hutan Terbakar, Badai, Potret Sultan-Sultan Yogya, dan Bupati Majalengka.

3. Ekpresionisme
Ekspresionisme adalah aliran yang subjeknya mengutamakan perasaan atau pikiran sang pelukis, yang kemudian dituangkan dalam lukisan. Karenanya, yang dicari kaum ekspresionisme sebagai objeknya adalah sesuatu yang dapat berbicara, yang mampu menyalurkan perasaan atau jiwa sang pelukis. Pelukis seniman dalam tipologi manusia menurut Eduard Spranger, adalah orang yang tidak menginginkan kekayaan. Yaitu, kehidupan manusia yang berasal dari golongan rendah. Istilah ini sering disebut sebagai pelukis rakyat.


4. Kubisme
Kubisme adalah seni melukis yang dalam mewujudkan lukisannya didasari oleh pola kubus. Karenanya, wujud lukisannya makin abstrak, sehingga aliran kubisme juga dikenal sebagai abstrakisme. Secara kejiwaan, aliran ini ingin membebaskan diri dari ikatan yang ada pada aliran sebelumnya dengan menciptakan karya baru. Namun, bagi masyarakat awam, tak jarang lukisan ini tidak dapat dimengerti.



Sumber: http://kulturartonline.wordpress.com/2011/06/19/aliran-seni-lukis-indonesia/



B. Renungan


Terdapat beberapa macam Teori renungan untuk menciptakan karya seni, antara lain :
1. Teori Pengungkapan
Dalil dari teori Pengungkapan adalah “Art is an expression of human feeling” yang bermakna bahwa Seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia. Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris.

2. Teori Metafisik
Teori Metafisik adalah salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafati, konsepsi keindahan dan teori seni. Seniman besar adalah seseorang yang mampu dengan perenungannya itu menembus segi-segi praktis dari benda-benda di sekelilingnya dan sampai pada makna yang dalam, yakni memahami ide-ide dibaliknya.

3.  Teori Psikologis
 Salah satunya teori Psikologis adalah teori permainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903). Seni merupakan semacam permainan y menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia berhubungan dengan adanya kelebihan energi yang harus dikeluarkan.


Sumber: http://dewaruci2.wordpress.com/2011/06/29/pengertian-kontemplasi-ekstansi-teori-renungan-dan-teori-keserasian/